Minggu, 29 Juni 2008

20 prinsip ikhwanul muslimin

20 prinsip ikhwanul muslimin

Pengarang : imam hasan Al Banna PERTAMA Islam itu adalah tata aturan yang lengkap,meliputi segala segi kehidupan. Islam adalah negara dan bangsa atau pemerintahan dan masyarakat. moral dan kekuasaan. Rahmat dan keadilan, peradaban dan undang undang. Ilmu pengetahuan dan hukum, kekayaan materi atau kerja dan harta. Jihad dan dakwah, kekuatan senjata dan konsep. Islam adalah akidah yang benar, sebagaimana halnya ia adalah pula ibadah yang shahih. Satu sama lain lengkap melengkapi dan sama sederajat. KEDUA Al Qur’an Al Karim dan sunnah Rasul adalah referensi bagi setiap muslim dalam mengetahui dan menetapkan hukum islam KETIGA Iman yang benar, ibadah yang sahih dan berjuang mempunyai cahaya dan kenikmatan yang diberikan Allah dalam hati orang orang yang dikehendakinya. Akan tetapi ilham, pikiran, pengetahuan terhadap hal hal yang gaib dan mimpi bukanlah merupakan dalil hokum. KEEMPAT Jimat, jampi-jampi, makam keramat ramalan, dukun, dan hal-hal sejenis itu adalah sesat. Semuanya harus dimusnahkan. Kecuali pengobatan dengan ayat suci Al Qur’an atau air bening yang diberi do’a. KELIMA pendapat imam atau wakilnya tentang sesuatu yang tidak ada ketentuannya (nash), masalah-masalah yang mengandung berbagai segi perbedaan dan norma-norma (masalihul mursalah) boleh dikerjakan manakala tidak bertentangan dengan hukum syara’ yang telah ditentuka Al Qur’an dan sunnah rasul. Prinsip ibadah adalah semata mata mengabdi tanpa harus mempersoalkan kegunaanya, sedangkan dalam hal adat harus dilihat rahasianya, hukum dan tujuannya. KEENAM pendapat seseorang, boleh saja diikuti atau ditinggalkan oleh orang lain, kecuali rasulullah saw, karena hanya rasul sajalah yang terpelihara dari kesalahan.Semua pendapat ulama salaf yang sesuai dengan kitabullah dan sunnah rasulnya dapat kita terima, dan bila tidak, maka yan lebih berhak untuk diikuti hanyalah kitabullah dan sunnah rasul. KETUJUH Bagi setiap muslim yang belum mencapai tingkat pemikir terhadap dalil-dalil hukum furu’iyah, diperbolehkan baginya untuk mengikuti pendapat imam yang ada (taklid). Namun dianjurkan sekali agar ia berusaha dengan segenap kemampuannya untuk mempelajari dalil-dalil yang dipergunakan oleh imam yang diikutinya, dan tetap bersedia menerima kebenaran dari orang lain yang berhak mengemukakannya. KEDELAPAN Perbedaan pendapat dalam masalah fikih tidaklah dapat dijadikan sebab bagi adanya perpecahan dalam bidang keagamaan yang mengantarkan kepada sikap permusuhan dan saling benci embenci. KESESMBILAN Melibatkan diri dalam masalah masalah yang tidak ada kemungkinan melaksanakannya, adalah merupakan perbuatan yang memberatkan diri sendiri. Syariat islam melarang kita melakukan hal-hal semacam itu.. KESEPULUH mengimani, mengesakan dan mensucikan allah swt, merupakan tingkat keimanan yang paling tinggi dalam islam. Adapun ayat-ayat dan hadits sahih yang berhubungan dengan sifat-sifatnya, dan ayat-ayat mutasyabih (yang tidak jelas maknanya) kita imani sebagaimana adanya tanpa melakukan ta’wil (menduga duga arti) dan ta’thill serta mempertentangkan pendapat para ulama tentang hal itu, atau menambah nambah apa yang telah disampaikan oleh rasul dan para sahabatnya. KESEBELAS Semua bid’ah yang dilakukan oleh manusia dengan dasarkeinginan hawa nafsunya dalam masalah agama, baik dengan cara menambah maupun menguranginya, adalah sesat dan harus diberantas dengan cara yang paling baik sehingga tidak menimbulkan akibat yang justeru lebih buruk dari sebelumnya. KEDUABELAS Bid’ah idhafiyah, tarkiyah dan iltizam dalam masalah peribadatan secara mutlak diperserselisihkan hukumnya oleh para ulama. Masing-masing dengan pendapat dan alasannya sendiri. Oleh sebab itu tidak ada salahnya menggali kebenarannya dengan mengemukakan dalil-dalil dan argumentasi. KETIGABELAS mencintai dan memuji orang-orang shalih karena amal perbuatan mereka yang baik, dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Yang dimaksud dengan para wali Allah itu tiada lain adalah mereka yang ditunjuk oleh firman Allah sebagai : “Orang-orang yang berimankepada Allah dan takwa kepadanya”. Adapun karamah itu kita yakini ada dengan persyaratan tertentu, sedangkan para wali Allah itu adalah orang-orang yang mendapat ridha Allah. Mereka tidak mempunyai kekuatan yang dapat memberikan manfaat ataupun madharat kepada orang lain baik paada masa hidupnya maupun sesudah matinya. KEEMPATBELAS Ziarah kubur, dimanapun tempatnya, adalah disunatkan dengan tata cara yang jelas disampaikan oleh rasul saw, akan tetapi meminta pertolongan, kepastian melakukan sesuatu atau tidak, melepaskan nadzar, dan meminta sesuatu yang dihajatkan kepada orang yang dimakamkan dalam kuburan itu merupakan hal yang termasuk bid’ah besar yang mesti dikikis habis. KELIMABELAS Berdo’a kepada Allah, manakala disertai dengan tawasul (perantara) pada salah seorang hamba Allah, maka cara semacam ini masih dipersengketakan boleh tidaknya, dan bukan termasuk dalam masalah akidah (keyakinan). KEENAMBELAS Norma yang salah tidak dapat mengubah hakikat hukumsyara’, melainkan wajib dipergunakan untuk memperjelas arti yang dimaksud dan harus dipegangdengan teguh, sebagaimana halnya wajib menghindarkan kerancuan makna didalam berbagai segi baik duniawi maupun keagamaan. Dengan demikian menetapkan hokum bukanlah didasarkan atas nama bendanya, melainkan atas jenis bendanya. KETUJUHBELAS Keimanan itu adalah asal amal, dan amaliah hati adalah lebih penting daripada amal fisik. Berusaha menyelaraskan kedua segi amaliah ( hati dan fisik) dalam bentuk yang seempurna mungkin, merupakan tuntunan hukum syara’, sekalipun derajat tuntunannya tidaklah sama. KEDELAPANBELAS Islam memberikan kebebasan dan tidak menentang akal untuk memikirkan alam semesta, meningkatkan martabat ilmu dan ulama, ramah terhadap semua orang yang menyumbangkan kebaikan dan kemanfaatan KESEMBILANBELAS Agama (syara’) dan rasio mempunyai daerah masing-masing yang tidak dapat dimasuki oleh pihak lainnya.. Hakikat ilmu pengetahuan yang benar, tidak akan bertentangan dengan hukum syara’ yang jelas dan pasti. Segi-segi yang bersipat dugaan dalam kedua bidang itu (syara’ dan ilmu) haruslah ditafsirkan sehingga menjadi pasti. Akan tetapi jika kedua duanya bersifat dugaan, maka yang lebih baik untuk diikuti adalah ketentuan yang diberikan oleh syara’ sampai nanti tiba saatnya akal dapat menerima atau menemukan kebenarannya. KEDUAPULUH Kita tidak boleh mengkafirkan seorang muslim yang telah berikrar dengan mengucap dua kalimat syahadat, beramal dengan kewajiban yang ditentukan kepadanya dan menunaikan segala perintahnya sekalipun ia menjalankan kemaksiatan kepada Allah, kecuali mereka yang betul betul mengucapkan kata kta kafir atau ingkar yang dapat ditentukan secara pasti oleh agama. Atau mereka yang mendustakan kebenaran ayat ayat Al Qur’an dan menafsirkannya dengan mempergunakan cara yang tidak sesuai dengan kaidah kaidah bahasa arab, serta mereka yang melakukan perbuatan yang tidak bias diartikan lain kecuali kafir. Sumber : id.shvoong.com

Jumat, 27 Juni 2008

Tempat yang paling sejuk di dunia

Ada yang menyatakan Kutub Utara dan Kutub Selatan merupakan tempat yang paling sejuk di dunia. Sangkaan in tidak tepat . Purata suhu di Kutub Utara dan Selatan lebih tinggi daripada sesetengah tempat di dunia. Tempat yang paling sejuk di dunia ialah di sebuah kampung bernama Oymyakon di Siberia. Suhu di sini ialah -71.1' C (-96' F). Terdapat beberapa tempat lagi yang sejuk seperti di Greenland.

(sumber: myschoolnet.ppk.kpm.my / Soal jawab pengetahuan,Hal-hal Dunia, Muhammad Harun)

Selasa, 28 Agustus 2007

WAKTU

WAKTU

Pada surat Al 'Ashr, Allah swt. bersumpah Wal 'Ashri (Demi waktu), tujuannya agar kita memperhatikannya dengan seksama. Ingat, sesungguhnya manusia sangat terikat oleh dimensi waktu. Sifat waktu itu dinamis, berjalan terus. Keadaan manusia pun berubah sesuai dengan perjalanan waktu. Contoh sederhana, bulan lalu kita masih mahasiswa, sekarang sudah bergelar sarjana atau bisa juga malah drop out. Tahun lalu bergelar ayah, sekarang menjadi kakek. Sepuluh tahun lalu kulit kita masih mulus, sekarang mulai keriput, dst. Jadi, sadar atau tidak perjalanan waktu akan mengubah kita. Persoalannya, ke arah mana perubahan itu terjadi? Menurut suatu riwayat, ada tiga kemungkinan. Siapa yang kualitas (amal shaleh) hari ini sama dengan kemarin, itulah orang yang tertipu (oleh waktu). Siapa yang kualitas hari ini lebih buruk dibandingkan dengan hari kemarin, itulah orang yang terlaknat. Siapa yang kondisi hari ini lebih baik dari hari kemarin, itulah orang yang mendapat rahmat. Al Qur'an menyebutkan, manusia akan sadar betapa mahalnya waktu saat malaikat maut menjemput. Firman-Nya, "Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: 'Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematianku) sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh." (Al Munaafiquun 63 : 10) Ayat ini menegaskan bahwa ada orang yang baru tersadar kalau dirinya belum punya perbekalan akhirat saat dijemput malakul maut. Orang macam ini memohon, "Ya Allah tangguhkan kematian saya sesaat saja agar punya kesempatan untuk beramal shaleh." Penyesalan ini tak berarti, kalau jatahnya sudah habis, sedetik pun tidak bisa diperpanjang. Kematian itu misterius tapi pasti. Silakan jangan percaya, tapi cepat atau lambat kita akan merasakannya. Tidak ada yang tahu kecuali Allah. Berapa jam, hari, bulan, atau tahun lagi sisa umur kita, semuanya misterius. Nah, mumpung malakul maut belum menjemput, marilah kita isi waktu yang ada saat ini dengan ucapan dan perbuatan yang dicintai dan diridhai-Nya. Tiada detik yang dilalui kecuali diisi dengan amal shaleh. Kalau semester ini tidak lulus, kita masih punya kesempatan pada semester berikutnya. Kalau tidak lulus dalam menggunakan waktu, tidak ada her mengulangi kehidupan, yang ada hanya penyesalan abadi. Di akhirat, ada yang berteriak saat selesai penghisaban, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan amal yang shaleh, berlainan dengan yang telah kami kerjakan . . . " (Faathiir 35 : 37). Terlambat! Kehidupan sudah usai, tidak ada pengulangan. Na'udzubillah. Karena itu, dalam surat Al 'Ashr Allah swt. mengingatkan, "Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasehati supaya menaati kebenaran dan saling menasehati supaya tetap dalam kesabaran." Sumber: Percikan-iman.com

(Eramuslim.com)